Category Archives: Fauna Nusantara

JALAK BALI

JALAK BALI

Jalak Bali (Leucopsar rothschildi) adalah salah satu burung tercantik sekaligus terlangka di Indonesia
Burung putih berjambul dan endemik Bali ini masuk dalam daftar kritis keberadaannya cenderung mengarah pada situasi terancam bahaya punah
Data terakhir pada Desember 2006 populasi dialam liar tercatat hanya tersisa sebanyak 6 ekor

Jalak Bali ditetapkan sebagai satwa liar yang dilindungi oleh berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor 421/Kpts/Um/8/1970 tanggal 26 Agustus 1970
dan dalam konvensi perdagangan internasional bagi jasad liar CITES alak Bali terdaftar pada Apendix I, yaitu kelompok yang terancam kepunahan dan dilarang untuk diperdagangkan

Jalak Bali terancam punah akibat penangkapan dan perdagangan hewan liar serta berkurangnya hutan di Bali
Upaya pelestarian berhasil meningkatkan jumlahnya melalui penangkaran tetapi belum pasti berapa banyak yang berhasil berkembang biak di alam liar

Sumber Macam2

Buaya siam

Buaya siam atau Crocodylus siamensis semakin langka dan terancam punah. Buaya siam yang merupakan salah satu dari 7 jenis buaya asli Indonesia ini termasuk dalam spesies Critically Endangered (kritis) berdasarkan IUCN Red List.

Buaya ini dinamai buaya siam lantaran spesimen yang dideskripsikan berasal dari Siam (sekarang Thailand). Selain disebut sebagai buaya siam, di Indonesia buaya ini dikenal juga sebagai buaya kodok dan buaya air tawar. Sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Siamese crocodile dan Siamese freshwater crocodile.

Di beberapa negara lain buaya siam dikenal sebagai Jara Kae Numchued (Thailand), Kropeu (Kamboja), Ke atau Kae (Laos; Thailand), Rabur (Laos), dan Cá sau xiêm (Vietnam). Sedangkan nama latin (ilmiah) buaya siam adalah Crocodylus siamensis.

Buaya Siam (Crocodylus siamensis)Buaya Siam (Crocodylus siamensis)

Ciri-ciri dan perilaku. Buaya siam (Crocodylus siamensis) berukuran sedang dengan panjang tubuh dapat mencapai 4 meter, meskipun pada umumnya hanya berukuran sekitar 2 – 3 meter saja.Di antara kedua matanya terdapat gigir yang memanjang, keping tabular di kepala menaik dan menonjol di bagian belakangnya. Mempunyai 2 – 4 buah sisik besar di belakang kepala.

Selain itu buaya siam (Crocodylus siamensis) mempunyai sisik-sisik besar di punggung (dorsal scutes) yang tersusun dalam 6 lajur dengan 16 – 17 baris. Sisik perut tersusun dalam 29 – 33 baris. Warna punggung kebanyakan hijau tua kecoklatan, dengan belang ekor yang pada umumnya tidak utuh.

Seperti jenis buaya lainnya, buaya siam memakan invertebrata, katak, reptil, burung dan mamalia, termasuk bangkai. Buaya siam betina membangun sarang berupa gundukan di tepi danau atau sungai. Dalam sekali musim bertelur, buaya siam betina bertelur sekitar 20 – 80 butir. Telur-telur ini akan selalu ditunggui oleh induknya hingga menetas yang memakan waktu antara 70 – 80 hari.

Buaya Siam (Crocodylus siamensis)Buaya Siam (Crocodylus siamensis)

Habitat, Persebaran, dan Konservasi. Habitat buaya siam (Crocodylus siamensis) adalah perairan dengan arus yang lambat, seperti rawa-rawa, sungai di daerah dataran dan danau. Secara alami, buaya siam (Siamese crocodile) hidup tersebar mulai dari Indonesia (Jawa dan Kalimantan), Malaysia (Sabah dan Serawak), Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam.

Populasi buaya siam (Crocodylus siamensis) semakin hari semakin langka dan terancam kepunahan. Di beberapa tempat diduga telah mengalami kepunahan dari habitat aslinya seperti di Thailand dan Malaysia. Populasi secara global diperkirakan hanya sekitar 5.000 ekor saja. Populasi buaya siam yang semakin langka dan terancam punah diakibatkan oleh kerusakan habitat, perburuan liar, dan perdagangan.

Karena semakin langka dan terancam punah, IUCN Red List memasukkan buaya siam dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) yang merupakan status keterancaman tertinggi sebelum dinyatakan punah. CITES pun memasukkan buaya siam (Crocodylus siamensis) dalam daftar Apendiks I yang berarti dilarang diperdangangkan dalam bentuk apapun.

Buaya siam yang merupakan salah satu dari 7 spesies buaya yang hidup alami di Indonesia, termasuk binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999. Meskipun jumlah populasi buaya siam di Indonesia belum diketahui dengan pasti, tapi saya yakin jumlahnya tidaklah sebanyak ‘buaya darat’ di Indonesia.

Untuk spesies (jenis) buaya asli Indonesia lainnya, baca: Buaya di Indonesia, Ciri dan Macam Jenisnya.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Reptilia; Ordo: Crocodylia; Genus: Crocodylidae; Spesies: Crocodylus siamensis (Schneider, 1801)

Kanguru Pohon Wondiwoi

Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) atau dikenal juga sebagai Wondiwoi Tree-kangaroo atau Mayr Tree-kangaroo merupakan salah satu jenis kanguru yang hidup di pulau Papua, Indonesia. Kanguru Pohon Wondiwoi bahkan merupakan hewan endemik yang hanya ditemukan di pulau Papua.

Beberapa ahli memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi sebagai sub-spesies dari Dendrolagus dorianus (Kanguru Pohon Dorius). Namun sebagian ahli lainnya memberlakukannya sebagai spesies tersendiri.

Kanguru pohon asal Papua ini hanya diketahui dari sebuah spesimen tunggal yang ditemukan pada tahun 1928 oleh Profesor Ernst Mayr (Jerman) dari Pegunungan Wondiwoi yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Nama hewan ini dalam bahasa Inggris adalah Wondiwoi Tree-kangaroo atau Mayr Tree-kangaroo. Sedangkan nama latin (ilmiah) dari Kanguru Pohon Wondiwoi adalah Dendrolagus mayri.

Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)Ilustrasi Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri)

Hingga kini masih sedikit sekali yang diketahui tentang spesies Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) ini. Berdasarkan satu-satunya spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, kanguru endemik Papua ini mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekor keputihan.

Habitat Kanguru ini diperkirakan di daerah hutan pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.600 meter dpl. Daerah sebarannya terbatas di semenanjung pegunungan Wondiwoi Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat.

Sebagaimana berbagai jenis kanguru pohon lainnya, Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) yang merupakan hewan berkantung ini diperkirakan lebih banyak melakukan aktifitas di atas pohon. Makanan kesukaannya adalah daun dan buah. Selain itu, kanguru khas pulau Papua ini juga memakan biji-bijian, bunga, getah, telur, anak burung, dan bahkan kulit.

Sangat Langka dan Terancam Punah. Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) tidak pernah diketahui. Namun IUCN Red List memprediksi jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Lantaran itu tidak mengherankan jika kemudian IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau spesies yang sangat terancam punah (Kritis).

Untungnya semua jenis kanguru pohon dari genus Dendrolagus termasuk satwa yang dilindungi dan termuat dalam Lampiran PP No. 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan satwa yang dilindungi sehingga spesies kanguru pohon yang satu ini, meskipun kurang dikenal, tetap tercantum.

Saking langkanya, jangan tanya apakah saya pernah melihat kanguru jenis ini. Menemukan gambar hewan ini di internet saja saya tidak dapat. Yang ada hanyalah sebuah gambar ilustrasi Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) berdasarkan spesimen yang ditemukan tahun 1928.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Diprotodontia; Famili: Macropodidae; Genus: Dendrolagus; Spesies: Dendrolagus mayri.

Tarsius tumpara

Tarsius siau atau Tarsius tumpara memang imut penampilannya, namun tarsius asli pulau Siau, Sulawesi ini juga terancam punah. Bukan sekedar diberikan status Critically Endangered oleh IUCN Red List, bahkan tarsius tumpara atau Siau Island Tarsier pun termasuk salah satu dari 25 Primata Paling Terancam Punah di Dunia.

Sesuai namanya, Si Imut Tarsius Siau merupakan hewan endemik yang hanya bisa dijumpai di pulau Siau, Sulawesi Utara. Meskipun diduga juga terdapat di beberapa pulau kecil di sekitar pulau Siau. Hewan ini baru ditemukan pada tahun 2005 oleh Dr Shekelle.

Tarsius siau dikenal sebagai Siau Island Tarsier dalam bahasa Inggris. Sedangkan nama ilmiah (nama latin) salah satu anggota famili Tarsiidae dari genus Tarsius ini adalah Tarsius tumpara. Kata ‘tumpara’ merupakan bahasa daerah Siau untuk menyebut tarsius.

Tarsius Siau (Tarsius tumpara)Tarsius Siau (Tarsius tumpara) nan imut

Ciri-ciri dan Diskripsi Tarsius Siau. Seperti halnya jenis tarsius lainnya, tarsius siau (Tarsius tumpara) mempunyai bulu abu-abu gelap dengan bintik-bintik coklat. Pun Tarsius siau memiliki ekor panjang yang tidak berbulu, kecuali pada bagian ujungnya. Setiap tangan dan kaki hewan ini memiliki lima jari yang panjang. Jari-jari ini memiliki kuku, kecuali jari kedua dan ketiga yang memiliki cakar. Mata Tarsius siau pun sangat besar dan memiliki kepala yang unik karena mampu berputar hingga 180 derajat ke kanan dan ke kiri layaknya burung hantu.

Tarsius siau (Tarsius tumpara) merupakan hewan nokturnal beraktifitas pada sore hingga malam hari sedangkan siang hari lebih banyak dihabiskan untuk tidur. Makanan utamanya adalah serangga seperti kecoa, dan jangkrik namun juga memakan reptil kecil.

Habitat, Populasi, dan Konservasi. Tarsius siau (Tarsius tumpara) merupakan hewan endemik yang hanya dijumpai di pulau Siau, Sulawesi Utara. Dimungkinkan primata imut namun langka ini juga terdapat di beberapa pulau kecil di dekat pulau Siau.

Populasi tarsius siau diperkirakan hanya 1.300-an ekor saja (2009) yang hidup di sekitar kolam air tawar kecil di ujung selatan pulau Siau, di tebing curam di sisi pantai timur pulau, dan di lereng dekat kaldera Gunung Karengetang. Populasi tarsius ini diperkirakan mengalami penurunan hingga 80% dalam tiga generasi terakhir.

Mengingat populasi Tarsius siau (Tarsius tumpara) yang kecil, hidup di satu tempat (pulau) kecil, adanya ancaman erupsi gunung Karengetang, bertambah pesatnya populasi manusia di pulau Siau, dan penurun populasi dalam 3 generasi terakhir, menjadi ancaman serius bagi kelestarian tarsius imut ini. Karenaya IUCN Red List memasukkan tarsius siau dalam daftar spesies Critically Endangered atau kategori dengan tingkat keterancaman tertinggi.

The IUCN Species Survival Commission Primate Specialist Group pun memasukkan Tarsius siau dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Primates (25 Primata Paling Terancam di Dunia) bersama tiga primata Indonesia lainnya yakni Orangutan Sumatera, Kukang Jawa, dan Simakobu (Monyet Ekor Babi).

Tarsius siau (Tarsius tumpara) si Imut yang baru ditemukan pada 2005 silam musti langsung menyandang gelar sebagai salah satu primata paling langka se-Dunia. Nasib yang berbanding terbalik dengan imut tubuhnya.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mamalia; Ordo: Primata; Famili: Tarsiidae; Genus: Tarsius; Spesies: Tarsius tumpara.

Badak Jawa

Ternyata badak jawa betina kini tinggal 4 – 5 ekor saja. Jumlah populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon diyakini hanya tersisa 35 hingga 45 ekor saja. Dan dari populasi itu badak jawa berjenis kelamin betina hanya tinggal empat atau lima ekor saja.

Prediksi jumlah badak jawa (Rhinoceros sondaicus) bekelamin betina yang hanya tinggal empat hingga lima ekor saja ini dikemukakan oleh Sekjen IUCN Simon N. Stuart, seusai bertemu Wakil Presiden Boediono di kantornya di Jakarta, Rabu (26/10/2011).

Badak jawa memang menjadi mamalia yang paling langka di dunia dan paling terancam kepunahan. Kini, populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, Indonesia, setelah populasi yang berada di Taman Nasional Cat Tien, Vietnam yang pada tahun 2000 masih memiliki 8 ekor badak jawa, pada Oktober 2011 kemarin dinyatakan punah oleh WWF (World Wide Foundation).

Badak jawaBadak Jawa betina tinggal 4 ekor

Menyelamatkan Badak Jawa. Jumlah populasi badak jawa yang hanya tersisa 35 hingga 45 ekor dengan jumlah badak betina yang hanya 4 – 5 ekor saja menjadi ancaman serius bagi kelestarian badak jawa (Javan rhino). Badak bercula satu ini menjadi mamalia yang paling terancam punah.

Apalagi jika mengingat masa kehamilan badak betina yang tergolong lama, 16-19 bulan dengan jumlah bayi hanya satu ekor setiap masa kehamilan. Dan interval antar masa kehamilan badak bercula satu ini mencapai 4-5 tahun. Dengan populasi badak betina yang hanya empat hingga lima ekor dan masa kehamilan yang demikian, tentu menjadi ancaman serius bagi konservasi badak jawa.

Untuk menyelamatkan badak jwa dari kepunahan, pemerintah Indonesia telah merintis penangkaran badak jawa yang terletak di Gunung Honje, Taman nasional Ujung Kulon. International Union for Conservation Nature (IUCN) pun telah menawarkan bantuan sebesar 1,9 juta dolar pertahun untuk pelestarian badak, terutama Badak Jawa kepada Indonesia.

Berang-berang

Berang-berang Indonesia , ini yang sering kali belum dimengerti. Setiap kali mendengar istilah berang-berang yang terlintas adalah sesosok makhuk mirip musang yang hidup di air dan suka menyusun ranting-ranting menjadi sebuah bendungan kokoh di sungai.

Padahal dalam bahasa Inggris dikenal dua nama yakni “Otter” dan “Beaver” yang dalam bahasa Indonesia kerap sama-sama diterjemahkan menjadi berang-berang. Otter adalah binatang semi-akuatik anggota famili Mustelidae yang hidup di hampir seluruh dunia kecuali Australia. Jenis inilah yang lebih tepat disebut berang-berang.

Sedangkan Beaver adalah hewan pengerat yang mampu hidup di dua tempat (air dan darat), yang hidup di Amerika dan Eropa. Meskipun kurang tepat, beaver diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi berang-berang juga.

Perbedaan Otter dan Beaver. Antara berang-berang otter dan beaver secara taksonomi memiliki kekerabatan yang sangat jauh. Meskipun sama-sama mamalia (hewan menyusui), namun keduanya telah berbeda di tingkat Ordo. Otter berordo Carnivora (pemakan daging) sedangkan beaver berordo Rodentia (hewan pengerat). Secara perilaku keduanya pun memiliki berbedaan mencolok. Beaver membuat sarang dengan membuat bendungan dari ranting-ranting sedangkan otter bersarang di lubang-lubang di pinggir sungai.

Satu lagi perbedaan antara berang-berang otter dan beaver adalah otter terdapat di Indonesia sedangkan beaver tidak dijumpai di Indonesia. Bahkan Indonesia memiliki hingga empat spesies berang-berang otter.

Ciri-ciri Berang-berang. Secara umum berang-berang mempunyai tubuh mirip musang dengan tungkai yang relatif lebih pendek, dan cakar yang berselaput, ekor panjang berotot. Rambut-rambut di tubuhnya terdiri dari dua lapisan, yakni rambut bagian luar (panjang dan relatif keras, kaku) dan rambut bagian dalam (halus, lunak). Lapisan dalam ini tidak tembus air dan memerangkap udara di dalamnya. Rambut ini berguna untuk menjaga kulit berang-berang agar tetap kering dan hangat meskipun tengah berenang di air yang amat dingin.

Berang-berang hidup di berbagai habitat lahan basah seperti sungai, danau, rawa, sawah, pesisir serta di laut lepas. Makanan utamanya adalah hewan aquatik seperti ikan, namun juga memakan kodok, udang, ketam, kerang, mamalia kecil, hingga burung.

Jenis-jenis Berang-berang Indonesia. Di seluruh dunia terdapat 12 jenis berang-berang yang 4 spesies di antaranya dapat dijumpai di Indonesia. Keempat spesies berang-berang yang hidup di Indonesia itu adalah:

  • Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter).

Berang-berang ini tersebar di Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanma, Nepal, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Berang-berang Asia ini di Indonesia dapat ditemukan di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil sekitarnya.

Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter)Aonyx cinerea atau Berang-berang cakar kecil (Asian Small-clawed Otter)

Merupakan berang-berang terkecil dengan ukuran tubuh sekitar 65 – 70 cm dengan berat 5 kg. Hidup secara berkelompok (mencapai 20 ekor perkelompok) dan sering dijumpai hingga di dekat pemukiman manusia. Terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam status konservasi IUCN Redlist dan terdaftar dalam CITES Apendik II.

  • Lutra lutra atau berang-berang utara (Eurasian Otter, Common Otter, European Otter).

Daerah sebaran berang-berang ini sangat luas mulai dari sebagian besar Eropa, Afrika bagian timur laut, dan Asia. Di Indonesia berang-berang Lutra lutraterdapat di pulau Sumatera.

Lutra lutra atau berang-berang utara (Common Otter)Lutra lutra atau berang-berang utara (Common Otter)

Ukuran tubuhnya sekitar 1 m dengan berat 7 kg. Hidup soliter pada habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Oleh IUCN Redlist diberikan status Near Threatened dan oleh CITES didaftar sebagai Apendiks I di beberapa negara. Termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP Mo. 7 Tahun 1999.

  • Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter).

Berang-berang Lutra sumatranatersebar mulai dari Kamboja, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia dapat ditemukan di Sumatera dan Kalimantan.

Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter)Lutra sumatrana atau Berang-berang hidung berbulu (Hairy-nosed Otter)

Ciri fisiknya hampir mirip dengan Lutra lutra hanya saja memiliki ciri khas berupa rhinarium (bantalan  hidung) yang ditumbuhi rambut. Terdaftar sebagai spesies Endangered oleh IUCN Redlist dan CITES Apendiks I. Termasuk hewan yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP Mo. 7 Tahun 1999.

  • Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter, Indian Smooth-coated Otter)

Tersebar di Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, China, India, Indonesia, Irak, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Thailand, dan Vietnam.

Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter)Lutrogale perspicillata atau Berang-berang bulu licin (Smooth-coated Otter)

Ukuran tubuh berang-berang bulu licin (Lutrogale perspicillata) mencapai 1,2 meter dengan berat 11 kg. Hidup secara berkelompok yangterdiri atas satu jantan dan betina dengan beberapa anak. Terdaftar sebagai spesies Vulnerable dalam status konservasi IUCN Redlist dan terdaftar dalam CITES Apendik II.

Jangan Biarkan Punah. Penurunan populasi berang-berang secara global diakibatkan oleh berkurangnya habitat seperti alih fungsi dan kerusakan lahan basah seperti rawa, sungai dan danau. Juga lantaran berkurangnya sumber makanan. Terancamnya punahnya populasi berang-berang juga diakibatkan perburuan karena berang-berang acap kali dianggap sebagai hama terutama pada pertanian perikanan.

Sungguh disayangkan jika kemudian hewan semi-akuatik ini menjadi punah. Padahal banyak di antara kita yang belum mengenal berang-berang Indonesia ini. Terbukti, sebagian besar kita pasti menganggap berang-berang adalah arsitektur handal pembuat bendungan dari ranting, padahal salah besar!. Berang-berang yang tinggal di Indonesia ini tidak pernah membuat bendungan.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas; Mamalia; Ordo: Carnivora; Famili: Mustelidae; Genus: Aonyx, Lutra, Lutrogale; Spesies: Aonyx cinerea, Lutra lutra, Lutra sumatrana, Lutrogale perspicillata.

Burung Mabruk

Burung Mabruk Si Dara Mahkota

Burung Mabruk, Burung Dara Mahkota atau Goura merupakan burung anggota famili Columbidae (burung merpati) yang dikelompokkan dalam genus Goura. Burung mabruk atau dara mahkota yang merupakan hewan endemik pulau Papua, Indonesia, terdiri atas tiga jenis yaitu mabruk ubiaat, mabruk victoria, dan mabruk selatan.

Sebagaimana namanya, ketiga jenis burung dara mahkota ini mempunyai ciri khas jambul yang tersusun menyerupai kipas di atas kepalanya. Dari bentuk jambulnya itu pula ketiga jenis mabruk ini dapat dibedakan.

 

Jenis-jenis Burung Mabruk atau Dara Mahkota. Burung dara mahkota atau mabruk terdiri atas tiga jenis, yaitu:

  • Mabruk Ubiaat (Goura cristata)

Burung Dara Mahkota atau Mabruk Ubiaat dikenal juga sebagai Mambruk Barat, Mambruk Biasa atau Mambruk Mahkota Biru. Dalam bahasa Inggris disebut Blue Crowned-pigeon, Common Crowned Pigeon, Great Goura, Western Crowned-pigeon, Western Crowned Pigeon, atau Western Crowned-Pigeon. Dalam bahasa latin (ilmiah) dinamai Goura cristata. Burung ini hidup di bagian barat pulau Papua dan beberapa pulau kecil di sekitarnya seperti pulau Waigeo, Salawati, dan Bantata. Juga mengalami introduksi ke poulau Seram, Maluku.

Burung Mabruk Ubiaat (Gaura cristata)Burung Mabruk Ubiaat (Gaura cristata)

Burung Mabruk Ubiaat, mempunyai ukuran panjang tubuh sekitar 70 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan dengan ciri khas mahkota seperti renda di atas kepalanya serta bulu gelap di sekitar matanya. Makanan utama burung ini adalah buah dan biji-bijian.

  • Mabruk Victoria (Goura victoria)

Burung Mabruk Vitoria dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Victoria Crowned-pigeon, Victoria Crowned Pigeon, Victoria Crowned-Pigeon, atau Victoria Goura. Nama latin hewan ini adalah Goura victoria. Burung dara mahkota ini hidup di bagian utara pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) dan pulau-pulau kecil sekitarnya.

Burung Mabruk Victoria (Goura victoria)Burung Mabruk Victoria (Goura victoria)

Burung dara mahkota victoria (Goura victoria) berukuran panjang 74 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan dengan jambul seperti kipas yang ujungnya berwarna putih. Bulu dada merah marun keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam, dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan ujung ekornya. Di sekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah.

  • Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)

Mabruk Selatan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Maroon-breasted Crowned-pigeon, Masked Goura, Scheepmaker’s Crowned-pigeon, Southern Crowned-pigeon, Southern Crowned Pigeon, atau Southern Crowned-Pigeon. Nama latin burung ini adalah Goura scheepmakeri. Burung Dara Mahkota ini hidup di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) bagian selatan dan tenggara.

Burung Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)Burung Mabruk Selatan (Goura scheepmakeri)

Ukuran tubuh burung Mabruk Selatan mencapai 75 cm. Bulunya berwarna biru keabu-abuan pucat dengan jambul rumit berenda berwarna biru. Iris mata dan bulu dada berwarna merah marum.

Ketiga jenis burung dara mahkota ini dikategorikan sebagai burung berstatus vulnerable oleh IUCN Redlist dan didaftar juga dalam Apendiks II CITES. Pun termasuk binatang yang dilindungi di Indonesia berdasarkan PP No 7 Tahun 1999.

Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Aves; Ordo: Columbiformes; Famili: Columbidae; Genus: Goura; Spesies: Goura cristata, Goura victoria, dan Goura scheepmakeri.

Komodo & Habitatnya

Komodo & Habitatnya

 
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.

Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Perkembangan evolusi komodo dimulai dengan marga Varanus, yang muncul di Asia sekitar 40 juta tahun yang silam dan lalu bermigrasi ke Australia. Sekitar 15 juta tahun yang lalu, pertemuan lempeng benua Australia dan Asia Tenggara memungkinkan para biawak bergerak menuju wilayah yang dikenal sebagai Indonesia sekarang. Komodo diyakini berevolusi dari nenek-moyang Australianya pada sekitar 4 juta tahun yang lampau, dan meluaskan wilayah persebarannya ke timur hingga sejauh Timor. Perubahan-perubahan tinggi muka laut semenjak zaman Es telah menjadikan agihan komodo terbatas pada wilayah sebarannya yang sekarang.

Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910. Namanya meluas setelah tahun 1912, ketika Peter Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor, menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini. Nantinya, komodo adalah faktor pendorong dilakukannya ekspedisi ke pulau Komodo oleh W. Douglas Burden pada tahun 1926. Setelah kembali dengan 12 spesimen yang diawetkan dan 2 ekor komodo hidup, ekspedisi ini memberikan inspirasi untuk film King Kong tahun 1933. W. Douglas Burden adalah orang yang pertama memberikan nama “Komodo dragon” kepada hewan ini. Tiga dari spesimen komodo yang diperolehnya dibentuk kembali menjadi hewan pajangan dan hingga kini masih disimpan di Museum Sejarah Alam Amerika.

Anatomi dan morfologi
Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya. Meski komodo tercatat sebagai kadal terbesar yang masih hidup, namun bukan yang terpanjang. Reputasi ini dipegang oleh biawak Papua (Varanus salvadorii).

Komodo memiliki ekor yang sama panjang dengan tubuhnya, dan sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti. Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan. Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka.

Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang. Komodo jantan lebih besar daripada komodo betina, dengan warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih pada latar belakang hitam.

 

Fisiologi
Komodo tak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer. Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.

Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.

Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.

Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah. Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya.

Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri.

Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.

Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut hirarki. Jantan terbesar menunjukkan dominansinya melalui bahasa tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.

Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau. Komodo muda memangsa serangga, telur, cecak, dan mamalia kecil. Kadang-kadang komodo juga memangsa manusia dan mayat yang digali dari lubang makam yang dangkal. Kebiasaan ini menyebabkan penduduk pulau Komodo menghindari tanah berpasir dan memilih mengubur jenazah di tanah liat, serta menutupi atasnya dengan batu-batu agar tak dapat digali komodo. Ada pula yang menduga bahwa komodo berevolusi untuk memangsa gajah kerdil Stegodon yang pernah hidup di Flores. Komodo juga pernah teramati ketika mengejutkan dan menakuti rusa-rusa betina yang tengah hamil, dengan harapan agar keguguran dan bangkai janinnya dapat dimangsa; suatu perilaku yang juga didapati pada predator besar di Afrika.

Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, lalu mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya.

Bisa dan bakteri
Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.

Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian. Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.

Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi.

Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia.

Pulau Komodo dan pulau-pulau sekitarnya
 

Akses menuju ke pulau komodo dan pulau-pulau sekitarnya tersebut dapat ditempuh dari Bandara Ngurah Rai Bali, utk kemudian terbang ke Komodo Aiport di Labuan Bajo.

Pulau Komodo dari pesawat

Ada 3 penerbangan Bali – Labuan Bajo, yaitu Merpati, TransNusa, & Wings Air. Semua penerbangan tersebut menggunakan pesawat berbaling-baling dua. Ketinggian jelajah pun tidak terlalu tinggi, sehingga keindahan pulau2 yang dilewati sepanjang perjalanan bisa kita rekam melalui kamera. Dari Komodo Airport, menuju ke pelabuhan kecil Labuan Bajo, dengan jarak waktu sekitar 5 menit. Pemandangan menuju pelabuhan sangat menarik.

Komodo Airport

Dari pelabuhan ini bisa menggunakan speed boat untuk mengunjungi Pulau Rinca. Di pelabuhan ini banyak terlihat kapal2 LOB (Live Aboard) yang biasa digunakan para penyelam untuk diving di sekitar sini.

Pelabuhan Labuan Bajo

Jarak dari Labuan Bajo ke Rinca adalah sekitar 1 jam, dan perjalanan ini melalui pulau2 kecil yang bertebaran di sekitar perairan Flores Barat. pemandangan yang dilewati disini pun sangat sayang untuk tidak diabadikan.

Pulau Rinca
Laut yang penuh warna di sektar Rinca

Di Pulau Rinca ini tempat Taman Nasional Komodo di Loh Buaya. Perairan di sekitar Loh Buaya ini sangat jernih. Disini ada Ranger yang siap Pos Ranger untuk mengantarkan wisatawan. Perjalanan dari dermaga Loh Buaya ke Pos Ranger melewati pemandangan yang cantik, pohon2 kering berwarna putih, pasir coklat muda, dan bukit2 hijau.

Komodo National Park Indonesia Rinca Island

Para Ranger atau Polisi Hutan setempat akan menerangkan tentang pilihan trek yang ada di Loh Buaya ini. Ada yg short, medium, dan long trek. Short-medium trek, bisa ditempuh dalam waktu 1.5jam secara total. Disarankan menggunakan sepatu yang sesuai dengan kegiatan trekking ini. Tidak jauh dari Pos Ranger tsb ada dapur, dan memang Komodo sering berkumpul di sekitar dapur ini karena mereka mencium bau ikan/daging/dan lainnya. Komodo mampu mencium sejauh 9 km lebih. Jadi bagi wanita yang sedang haid, sebaiknya menunda trekking atau jika berjalan bersama group sebaiknya berada di tengah.

Loh Buaya dilihat dari atas bukit

Selama trekking wisatawan lagi-lagi akan disuguhi pemandangan yang menakjubkan, yaitu teluk Loh Buaya dan pulau2 di luar teluk.

pemandangan selama trekking di rinca island
 

Bukit bukit yang ada disana pada umumnya berwarna coklat muda keemasan di musim panas, namun beberapa pohon di sekitarnya masih berwarna hijau. Jadi bayangkan saja kombinasi warna coklat muda, hijau segar, biru laut, dan biru langit. That was amazingly beautiful!

Pink Beach
Jangan lupa untuk menyempatkan mengunjungi Pink Beach, disana wisatawan dapat melakukan kegiatan snorkeling. Pink Beach atau Masyarakat setempat menamakannya Pantai Merah karena warna pasir yang berwarna merah muda yang terbentuk oleh pecahan karang merah yang mati. Memang ajaibnya pasir di pink beach ini akan berubah warna menjadi pink jika tersapu ombak.

 
Airnya luar biasa jernih, dengan snorkeling beberapa meter saja bisa melihat coral2 cantik seperti karpet, ikan2 aneka warna jenis, bahkan bisa melihat ikan pari berukuran sedang.
 
 

Jika Perjalanan Pergi atau Pulang P. Rinca-Labuan Bajo dilakukan pagi atau sore hari, maka wisatawan akan disuguhi pemandangan indah pagi/sore hari, yaitu pemandangan sunrise dan sunset sepanjang perjalanan ini. Langit yang cantik berwarna pink, ungu, biru, orange.

 
 
 

 Atau jika wisatawan menginap di pinggir pantai di pulau komodo, entah itu di hotel atau buat tenda, pemandangan pagi dan sore haripun juga akan seindah ini …

Indonesia sedang mengikut sertakan Pulau komodo menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia baru. Anda bisa mendukungnya lewat vote di situs New7Wonders atau cukup dengan SMS ketik komodo dan kirim ke 9818. Tarif sms hanya Rp 1 per SMS per tanggal 15 oktober 2011. Kesempatan untuk mendukung komodo hanya tinggal 30 hari lagi. Dukunglah P. Komodo, setidaknya inilah sisa dari kita yang bisa kita banggakan ke dunia.

Reptil

Reptil adalah kelompok vertebrata menarik dengan salah satu sejarah terpanjang dari setiap makhluk hidup di Bumi. Pertama muncul lebih dari 300 juta tahun yang lalu, reptil diyakini telah turun dari amfibi dan selama evolusi mereka, telah menghasilkan banyak keturunan yang unik, yang paling terkenal adalah dinosaurus. Hari ini, reptil menghuni setiap benua kecuali Antartika dan mencakup sekitar 8.700 jenis, terpecah menjadi :* Crocodilia – buaya, gharials, dan buaya Caiman
* Sphenodontia – tuataras dari Selandia Baru
* Squamata – kadal, ular dan amphisbaenids (“kadal cacing”)
* Testudines – kura-kura, katak dan penyuSemua reptil berdarah dingin, dengan kulit ditutupi oleh sisik daripada rambut atau bulu, dan sebagian besar bertelur (“yg menelur”) walaupun ada spesies tertentu yang melahirkan. Reptil adalah juga salah satu makhluk yang paling disalahpahami, dengan mitos lebih, takhayul dan legenda tentang mereka daripada hewan lain. Jadi ini adalah 10 fakta nyata tentang reptil yang mungkin tidak Anda ketahui. Mau tau?

Kura-Kura
kata “Turtles sama artinya dengan “slow” atau “lazy”. mereka telah lama diejek dalam sastra dan cerita rakyat untuk kelambatan mereka. Tetapi apakah Anda tahu bahwa reptil tercepat di dunia sebenarnya kura-kura? Ya, kura-kura mungkin lambat di darat tetapi di air, mereka efisien dan cepat: penyu belimbing Pasifik dapat berenang dengan kecepatan sampai dengan 35km/hr membuatnya sebagai reptil yang bergerak tercepat di dunia. Di darat, reptil tercepat adalah iguana ekor berduri-Kosta Rika, yang telah diketahui kecepatannya hingga 33km/hr.
Ular Derik

Ular derik secara umum dikenal mematikan, namun apakah Anda tahu bahwa mereka masih bisa menggigit setelah mereka mati? Penelitian yang dilakukan oleh Akademi Ilmu Pengetahuan California di San Francisco telah menunjukkan bahwa ular derik masih mampu menggigit hingga satu jam setelah telah dipenggal atau ditembak, dengan ilmuwan meyakini bahwa refleks yang mungkin dipicu oleh sensor inframerah masih aktif di ular.Bunglon

Bunglon akan mengubah warna tubuh mereka tidak hanya untuk kamuflase dan untuk berbaur dengan latar belakang, tetapi juga sesuai dengan cahaya, suhu dan bahkan suasana hati-nya!

Katak Kayu

Bagi kebanyakan hewan, pembekuan berarti kematian tertentu, tapi untuk katak kayu Amerika Utara, pembekuan sebenarnya strategi untuk bertahan dalam musim dingin yang panjang. Saat suhu menurun, organ katak dikelilingi dengan air dingin, yang menyebabkan jantungnya berhenti berdetak, paru-paru untuk berhenti bernapas dan ginjal berhenti bekerja. Katak memasuki keadaan “mati suri” di tempat yang dapat tinggal selama berbulan-bulan sampai musim semi datang pada saat itu akan mencair dan menjadi berfungsi penuh kembali dalam 10 jam.Ular

Ular adalah salah satu makhluk paling ditakuti di muka bumi dengan banyak orang percaya bahwa mereka bertanggung jawab atas kematian orang banyak. Namun pada kenyataannya, di Amerika Serikat, empat kali lebih banyak orang mati dari tawon lebah dan menyengat daripada gigitan ular!

Bunglon

Satu hal lagi yang unik tentang bunglon – mereka adalah satu-satunya binatang yang dapat menggerakan dan memfokuskan mata mereka secara terpisah, mata mereka berputar ke arah yang berbeda dan memberi mereka kemampuan untuk melihat dalam dua arah yang berbeda dan fokus pada objek terpisah secara bersamaan.

Bunglon

Lanjut tentang bunglon, bunglon juga satu-satunya binatang yang dapat memanjangkan lidahnya sampai 3 kali lebih panjang dari tubuhnya untuk menangkap makanan. lidah ini terlempar keluar dari mulut dengan kecepatan sangat tinggi dan menjerat mangsanya menggunakan ujungnya yang lengket.

Ular

Ular yang bertanggung jawab atas kematian manusia bukanlah raja kobra atau ular tetapi carpet viper yang hidup di wilayah dari Afrika Barat ke India. Demikian pula, meskipun Mamba hitam secara luas dianggap paling beracun , Cobra Asia benar-benar membunuh lebih banyak orang , membuatnya menjadi ular yang lebih mematikan.

Katak Emas

Bertentangan dengan kepercayaan orang, ular bukan hewan yang paling berbisa di dunia, tetapi milik katak panah emas beracun yang cukup dalam sistem racun untuk membunuh 20 manusia.

Buaya

Jika Anda melihat buaya menelan, itu tidak terlalu ekstreme dari yang kelihatan, buaya sering menelan batu-batu besar yang tetap tinggal di perut mereka, membantu mereka untuk menggiling dan mencerna makanan mereka (seperti rempela burung) dan juga bertindak sebagai pemberat suatu untuk membantu mereka menyelam lebih dalam.

Burung Cantik

> GOLDEN (Chrysolophus pictus)

 

Chrysolophus pictus dari Asia adalah burung berwarna cerah. Burung ini berasal dari hutan di daerah pegunungan di Cina Barat, tetapi populasi liar telah dibentuk di Britania Raya dan di tempat lain.

> Birds of Paradise (Paradisaeidae)

 

Burung dari surga yang ditemukan di New Guinea telah memanjang bulu bulu sayap berbentuk menyerupai hiasan. burung ini merupakan burung tropis dikenal karena warna bulunya yang cemerlang. Mereka hidup sebagian besar di New Guinea dan pulau-pulau tetangga. Bulu-bulu berwarna cerah dariburung jantan banyak dicari sebagai dekorasi untuk topi perempuan.

> Hyacinth Macaw (Anodorhynchus hyacinthinus)

Hyacinth macaw adalah Burung asli Amerika Selatan dan timur tengah.Burung ini adalah burung terbesar jenis Macaw dan spesies nuri terbang terbesar di dunia, meskipun Kakapo terbang dari Selandia Baru dapat lebih besar daripada itu sampai dengan 3.5kg. Dalam hal panjang burung ini lebih besar daripada spesies lain dari burung beo. popularitas mereka sebagai hewan peliharaan telah mengambil korban di populasi mereka di alam liar. Burung di penangkaran mendapatkan harga sekitar $ 9,000 – $ 12,000 US.

> Flamingo (Phoenicopteridae)

 

Flamingo ditemukan di belahan bumi Barat dan Timur Hemisphere. Flamingo sering berdiri dengan satu kaki. Alasan dari perilaku ini adalah tidak sepenuhnya diketahui. Flamingo lidah dianggap lezat di Roma Kuno. Juga, penambang Andes telah membunuh flamingo untuk mereka lemak, diyakini sebagai obat untuk TBC

> Scarlet Tanager (Piranga olivacea)

 

The scarlet tanager adalah burung penyanyi Amerika menengah. laki-laki dewasa berwarna merah cerah dengan sayap dan ekor hitam; perempuan yang kekuningan di celana dan zaitun di atas, dengan sayap-coklat zaitun dan ekor.

> Northern Oriole (Icterus galbula)

 

Northern Oriole sebelumnya dikenal sebagai oriole Baltimore di timur dan oriole Bullock di barat. Ini adalah burung hitam icterid kecil yang berukuran 18 cm dan berat 34 g. Ini adalah salah satu burung lokal cemerlang dan memiliki suara yang cocok dengan bulu-bulunya yang khas

> Mountain Bluebird (Sialia currucoides)

 

The Blue Birds adalah burung ukuran menengah, terutama serangga atau omnivora burung dalam genus Sialia keluarga Turdidae sariawan. Ini adalah burung yang menarik dengan bulu biru, atau biru dan merah,. Wanita burung kurang berwarna cerah dibandingkan laki-laki.

> Northern Cardinal (Cardinalis cardinalis)

Northern Cardinal juga dikenal sebagai Redbird dan bulbul Virginia. Northern Cardinal adalah burung penyanyi menengah dengan panjang tubuh 21-23 cm (8,3-9 inci). Ia memiliki lambang khas di kepala dan masker pada wajah yang hitam pada pria dan abu-abu pada wanita.

> American Goldfinch (Carduelis tristis)

 

The American goldfinch is also known as the Eastern Goldfinch and Wild Canary. The male displays brightly colored plumage during the breeding season to attract a mate. The courtship rituals of the American Goldfinch include aerial maneuvers and singing by males.

> Wood Duck (Aix sponsa)

 

The Wood Duck or Carolina Duck adalah bebek bertengger menengah. Burung dewasa tipikal ialah sekitar 19 inci panjang dengan lebar sayap rata-rata 29 inci. Laki-laki dewasa memiliki bulu berwarna-warni khas multi-berwarna dan mata merah. Betina, kurang berwarna-warni, memiliki mata cincin-putih dan tenggorokan keputih-putihan.

>Bonus